Allah

Allah
Mari selalu dzikir kepada Allah setiap waktu

Senin, 09 Agustus 2010

PUJIAN SEBELUM SHOLAT BERJAMA'AH

Pujian berasal dari bahasa jawa yg artinya sanjungan hamba kpd Allah SWT, lalu dijadikan sbg istilah khusus kaum nahdliyin yg biasanya dilakukan setelah adzan sebelum sholat berjama’ah dilaksanakan.
Jadi yg dimaksud dg pujian adalah membaca dzikir atau syair sanjungan hamba kpd Allah secara bersama-sama sebelum sholat berjama’ah dilaksanakan.
Dalam prakteknya, kamu nahdliyin biasanya menggunakan kalimat-kalimat pujian itu dalam bentuk:


1. Melantunkan sifat2 Allah. Allah Wujud Qidam Baqo’….ila akhirihi
2. Sholawat Nabi dan do’a mohon keselamatan.
3. Ungkapan kalimat dlm bentuk ajaran / pesan moral para kekasih Allah (seperti Wali songo). Misal: Tombo ati iku limo sakwernane……ila akhirihi


Hal ini dilakukan karena ingin memanfaatkan waktu, dari pada mereka hanya sekedar ngobrol tidak ada gunanya untuk menanti datangnya imam jama’ah.

HUKUM PUJIAN SEBELUM SHOLAT DAN DASAR AMALIAHNYA

Berpijak dari isi baca’an dlm pujian itu berupa dzikir, sholawat, dan nilainya yg mengandung banyak dakwah Islamiyah, maka hokum mengamalkan pujian-pujian sebelum sholat berjama’ah adalah mubah, bahkan sunnah, sebab memuji kepada Allah merupakan suatu anjuran yg harus dilakukan setiap waktu.
Pujian ini berdasarkan:


1. Hadits riwayat Anas, yg terjemahnya:
Kami meriwayatkan dari Anas bahwa Rosulullah bersabda: Do’a yg dipanjatkan antara adzan dan iqomah tidak akan ditolak (kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah hal. 391)


2. Kitab Bughyatul Mustarsyidin hal. 48, yg terjemahnya:
Dzikir sebagaimana membaca (al-Qur’an) jelas disunnahkan dg dalil shorihnya ayat dan hadits, dan mengeraskan suara dzikir itu boleh selama tidak dikhawatirkan riya’ dan tidak mengganggu orang sholat.


3. Kitab Sunan an-Nasa’iy. Hadits riwayat al-Nasa’iy yg terjemahnya:
Dari Sa’id bin al-Musayyab beliau berkata: pada suatu sa’at Umar berjalan bertemu Hasan bin Tsabit yg sedang melantunkan sebuah sya’ir indah di Masjid, lalu Umar menegurnya, namun Hasan menjawab: Aku telah melantunkan syair di Masjid yg di dalamnya ada seseorang yg kemuliaannya lebih mulia dari pada kamu (Nabi Muhammad), kemudian ia menoleh kpd Abu Huroiroh, Hasan melanjutkan perkataanya, bukankah kamu telah mendengar sabda Rosulullah saw, jawablah dariku, yaa Allah mudah2an Engkau menguatkannya dg ruh al-Qudus, lalu Umar menjawab, Ya Allah, benar (aku sudah mendengarkannya)


4. Kitab Irsyadul Mu’minin hal. 16
Yg bisa diambil dari hadits tersebut (HR Nasa’iy di atas) adalah hukum kebolehan melantunkan sebuah sya’ir yg didalamnya berisi pujian, nasihat, pelajaran budi pekerti dan ilmu yg bermanfaat did lm Masjid, dan itu pasti dilakukan dg suara keras dalam perkumpulan (secara bersama-sama) HR. Nasa’iy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar