Allah

Allah
Mari selalu dzikir kepada Allah setiap waktu

Senin, 31 Oktober 2011

FAKTA KERASNYA FAHAM WAHABI

Di tangan kaum Wahabi, wajah Islam yang lembut menjadi penuh kebencian dan caci maki, wajah yang diliputi kasih sayang menjadi penuh dendam dan hujatan…"

Selama ini orang lebih merasakan kerasnya Wahabi dalam praktek-praktek keagamaan. Namun sesungguhnya, secara garis besar, dari manhaj pemikiran  Wahabi, mereka juga memiliki beberapa prinsip keberagamaan yang keras.

Mereka selalu menyatakan kembali kepada Al-Kitab dan as-sunnah. Prinsip ini bila dilihat dari lahirnya sungguh sangat mempesona siapa pun yang tidak memiliki pengetahuan terhadap syari’at yang didapat dari para ulama dan imam-imam mujtahid. Namun sayangnya, pada hakikatnya mereka hanya menyeru umat untuk:

meninggalkan pendapat jumhur (mayoritas) ulama bahkan ijma' (konsensus) ulama umat Islam. Bila demikian halnya sesungguhnya mereka tidak lain:

memahami Al-Kitab dan as-sunnah hanya berdasarkan pemahaman diri sendiri, yang sudah pasti bersumber dari hawa nafsu. Sehingga dengan prinsip ini mereka selalu berusaha sekuat tenaga untuk:

memaksa orang lain hanya mengikuti pemahaman yang mereka miliki karena menganggap hanya pemahaman merekalah yang benar sedangkan yang lain salah, meskipun itu datang dari mayoritas ulama dan imam-imam mujtahid umat Islam. Dan pada akhirnya:

menganggap sesat siapa pun yang tidak sepaham dengan mereka bahkan dengan mudah mengkafirkannya.

Di samping itu, ada pula fakta-fakta lain yang juga berbahaya. Antara lain, Syaikh Al-Qanuji dalam kitabnya Ad-Dinul Khalish, jilid pertama, halaman 140, menjelaskan, “Taqlid terhadap madzhab termasuk bagian dari kesyirikan.”

Dengan demikian, berdasarkan pernyataan tersebut, umat Islam saat ini secara keseluruhan adalah kafir, karena mengikuti madzhab yang empat.

Syaikh Ali bin Muhammad bin Sinan dalam kitabnya Al-Majmu` Al-Mufid min `Aqidah At-Tawhid, halaman 55, menyatakan, “Wahai seluruh kaum muslimin, keislaman kalian tidak akan membawa guna, kecuali jika kalian mengumandangkan perang yang membabi buta terhadap thariqah tasawuf hingga lenyap, perangilah mereka sebelum kalian memerangi Yahudi dan Majusi.”

Dalam kitab I`shar  At-Tawhid, Syaikh Nabil Muhammad mengatakan, “Tasawuf, para pengikut thariqah, dan para penduduk negara-negara Islam seperti Mesir, Libya, Maroko, India, Iran, Asia Barat, Syam, Nigeria, Turki, Romawi, Afganistan, Turkistan, Cina, Sudan, Tunisia, dan Al-Jazair adalah orang-orang kafir.”

Syaikh Hassan Al-`Aqqad dalam kitabnya Halaqat Mamnu`ah, halaman 25, menyatakan, “Kafir orang yang membaca shalawat untuk Nabi sebanyak 1.000 kali atau mengucapkan La ilaha illallah sebanyak 1.000 kali.”

sumber: majalah al-Kisah edisi 04/2011

Kamis, 27 Oktober 2011

WAHABI SALAFI MUSUH ISLAM YANG SEBENARNYA


THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Diambil dari http://mevlanasufi.blogspot.com
Musuh Islam Sebenarnya dan Bagaimana Mengenalinya
Musuh Islam sebenarnya saat ini bukan hanya Yahudi, Nasrani, Komunis tetapi juga sesame muslim sendiri. Kebanyakan dari golongan muslim yang menghancurkan Islam, mereka tidak menyadari bahwa tindakannya hanya akan menghancurkan Islam itu sendiri. Berkumpul bersama mereka, berdiskusi, atau bahkan hanya melihat mereka, dapat membawa kegelapan dihati kita. Berdebat dengan mereka adalah tindakan yang terburuk.
Dibalik perhatian mereka yang baik terhadap ibadah mereka, dan hanya Allah swt dan nabi saw yang mengetahuinya, mereka tak dapat menolong diri mereka sendiri untuk menjadi korban dari ibadahnya sendiri. Muslim yang tumbuh dalam lngklungan islam dan semenjak kecil dalam didikan sekolah Islam hingga ketingakt universitas, kurikulum agama islam yang mereka pelajari berdasarkan akidah yang akan menghancurkan Islam itu sendiri.
Media massa, televise, radio , surat kabar, walaupun merupakan program yang sangat relijius, juga artikel mereka di surat kabar merupakan hal yang sangat mendistorsikan pemahaman keislaman. Dan hal ini tak dapat mengangkat citra islam bahkan membuat perpecahan dikalangan umat Islam sendiri. Tetapi mereka masih mengatakan hal itu sesuatu yang islami.
Jangan harapkan mereka, kecuali keburukan saja dari golongan seperti ini. Allah swt telah menuliskan bimbingan dan epetance, bahwa hanya dengan rasa memiliki kepada nabi saw melalui barakah Awliya, mereka dapat menghitung kehidupannya dan melalui pandangan ampunan dan meletakan mereka dibawah sayap intercession.
Dalam pandangan saya , saya hanya melihat satu cara bagaimana menghadapi mereka di Amerika dan didunia barat, dan hal itu adalah dengan cara menjauh dari mereka dan peringati masyarakat tentang mereka. Seoarng syaikh yang saya ketahui mengatakan kepada para murid-muridnya untuk menjauhi mereka, mereka adalah musuh sesungghnya bagi Islam, dan berbicara dengan mereka akan membawa kegelapan pada hati, bahkan pada seluruh sisa umur kehidupan mereka. Dan butuh waktu seratus tahun untuk membersihkan racun dari hati akibat racun dari ibadah mereka.
bagaimana cara mengenali mereka? Disini ada beberapa elemen dasar ciri-ciri mereka sehingga kita dapat menghindari mereka dalam kehidupan didunia maupun diakherat nanti. Insya Allah. Satu-satunya harapan untuk Islam di bumi ini adalah….dst
1. Salat mereka tidak sesuai dari salah satu dari ke empat mazhab dalam islam. Khususnya ketika mereka mengangkat tangan mereka setelah ruku dan menyilangkan tangan mereka diantara ruku dan sujud.
Cara mereka ketika Tashahhud ( ketika duduk tahiyat) dan menggerakan jari telunjuk mereka terus menerus selama tasahud tersebut. Pemahaman mereka terhadap sunah Mustafa, hadist Nabi saw, sangat kontradiksi dengan dengan seluruh mazhab meskipun mereka menggunakan hadist yang sama yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,” Nabi saw menggerakkan telunjuknya ketika tashahud. Beberapa mazhab hanya menggerakkan tangan sekali saja, kecuali mazhab Maliki dalam seluruh tashahud tetapi hanya menggerakkan kekiri dan kekanan tidak keatas dan kebawah. Mereka membuat cara yang baru dengan menggerakn telunjuk kesegala arah yang sangat bertentangan dengan cara-cara yang disebutkan dalam ke 4 mazhab.
2. Mereka tidak mengangkat tangan mereka ketika berdoa, mereka tidak menutup kepala mereka ketika solat atau dalam keseharian mereka, meskipun telah diketahui selama berabad-abad, bahwa lelaki yang tidak menutupi kepalanya adalah seperti mereka yang telah kehilangan harga diri dan kehormatannya ( Makhrum al –Muru’a). Mereka tak pernah memakai surban, yang merupakan sunnah Nabi saw, yang selalu digunakan oleh para sahabah dan tabi’in.
Dalam beberapa acara mereka memakai Iq’al. Yang sangat bertentangan dengan sunah, tidak pernah Nabi saw menggunakan Iq’al selama hidupnya.
3. Mereka tidak pernah melakukan Shalat Israq, 2 rakaat sunah setelah matahari terbit, Bila hal ini masih belum cukup untuk mengenali tanda-tanda mereka dan menghindari berkumpul bersama mereka bahkan menjauh dari mereka, maka ada beberapa cirri-ciri mereka lainnya seperti disebutkan dibawah ini.
Mereka berkata, bahwa solat mereka hanya mengikuti Quran dan sunah saja. Berarti kehidupan Islam yang dibangun muslim selama lebih dari 13 abad, sebelum faham mereka muncul pada tahun 1930 an mereka katakan tidak mengikuti Quran dan Sunah. Tetapi mereka juga mengatakan kembali kepada sunah adalah keharusan, jangan dengarkan para Imam 4 mazhab atau ulama islam lainnya, siapapun mereka.
Mayoritas muslim akan berpegangan pada Ulama Besar Islam dijaman awal yang mengatakan,” Jika kalian melihat apa yang saya katakan dan hal itu bertentangan dengan sunah Nabi saw, maka abaikan apa yang saya katakan, dan ikuti sunah saja”. Kata-kata ini menggambarkan betapa rendah hatinya ulama besar jaman awal yang tidak ingin menonjolkan diri, tetapi saat ini mereka menghantam saja. Mereka tidak memperhatikan , bahwa Imam yang mengatakan hal ini juga mengatakan,” Jika Nabi saw meninggalkan ku meski hanya satu malam, saya akan menganggap diriku sebagai hipokrit”. Ini adalah ucapan Abu Hanifa Ibn Numan, mudah-mudahan Allah merahmatinya.
Mereka juga berkata,”Mereka adalah manusia biasa dan kita juga manusia”. Kita tahu saat ini yang mereka tak tahu. Yang paling moderat diantara mereka adalah mereka yang tidak berbicara negative mengenai Imam ke 4 mazhab, meskipun demikian mereka tetap tidak mengikuti kebiasaan Imam ke-empat Madzhab tsb. imam tsb. Mereka mengikuti cara mereka sendiri berdasarkan buku terkenal Sifat Salat Nabi saw, oleh Nasrudin al Albani, Albani bahkan tidak pernah bisa membuktikan bahwa ia telah mendapat Ijazah untuk mengajar dari gurunya, tentu saja saya lebih mengikuti Imam Malik, Abu Hanifa, Imam Syafi’I atau Ibn Hambali.
4. Satu dari argument terburuk mereka, adalah bertanya mengenai dalil dari Al-Quran dan Sunah yang menjadi pedoman para Ulama Besar tadi. Mereka tidak mengerti bahwa Al-Quran dan Sunah adalah pilar yang mana antara lainnya terbukti termasuk juga Qiyas, Ijma’a, Qaul para Sahabat. Dan juga yang tak kalah pentingnya adalah Maaruf, atau berdasarkan pendapat orang yang memiliki moral yang baik dan setuju bahwa amalan tersebut adalah baik.
5. Jika kalian bertanya kepada mereka mengenai kebiasaan muslim di seluruh dunia memperingati hari kelahiran atau Mawlid Nabi, maka mereka akan mengatakan Bid’ah dlolalah.
Masjid-masjid mereka hanya memiliki dinding yang putih saja, padahal rumah dan kantor mereka penuh hiasan kaligrafi. Tak perlu bertanya kepada mereka mengapa demikian, karena mereka tak akan menjawabnya. Mereka mungkin saja sangat dermawan dan kaya, tetapi berhati-hatilah apa yang mereka katakan dibelakang kalian jika kalian mengatakan bahwa kalian adalah murid dari Syaikh ini. Itulah adalah salah satu dosa terbesar dalam pandangan mereka jika kalian memiliki Syaikh.
Mereka mungkin memaafkan kalian jika kalian tak tahu ilmu agama, tetapi mereka tak akan memaafkan kalian jika kalian mempelajari agama melalui seseorang Mursyid. Mereka lebih memilih belajar melalui buku, video tape atau melalui universitas mereka.
6. Poin terakhir dalam bagian ini adalah interpretasi literal mereka dalam sebuah hadis Nabi saw seperti,” Apa yang terdapat di bawah engkel adalah neraka!. Disisi lain mereka cenderung untuk mencari interpretasi sendiri, tetapi paling obvious dari hadist kewalian,” “Aku akan menjadi mata baginya bagi apa yang dilihatnya, menjadi pendengarannya ketika ia mendengar, menjadi tangannya untuk memegang, dan menjadi kakinya dimana ia melangkah”. Pernah saya katakan hadist ini kepada seorang teman di perpustakaan Islamic Center dan satu dari mereka yang duduk disebelahku berkata,” Ini adalah Hululiya!”. Saya tak dapat menahan berkata,” Jika Nabi saw berkata ini adalah hululiya maka saya hululiya!”.
Wa min Allah at Tawfiq

Selasa, 25 Oktober 2011

DI BALIK PEMUJAAN WAHABI


Gedung Persembahan Wahabi Untuk UtsaiminIslam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba:

مَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللهَ وَمَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطاَعَ اللهَ

“Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”
Cinta haruslah disertai dengan penghormatan dan pengagungan. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan manusia agar mengagungkan sosok Baginda Nabi SAW. Allah SWT berfirman:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ

“Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,  supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya dan mengagungkan Rasul-Nya.”
Cinta para sahabat kepada Baginda Rasul SAW adalah cinta yang patut diteladani. Dalam hadits-hadits disebutkan bagaimana para sahabat saling berebut bekas air wudhu Baginda Nabi SAW. Meski hanya tetesan air, namun air itu telah menyentuh jasad makhluk yang paling dekat dengan Sang Pencipta. Karena itulah mereka begitu memuliakannya dan mengharap berkah yang terpendam di dalamnya. Ketika Baginda Nabi SAW mencukur rambut, para sahabat senantiasa mengerumuni beliau. Mereka ingin mendapatkan potongan rambut beliau meski sehelai. Dengan rambut itu mereka hendak mengenang dan mengharap berkah Nabi SAW. Demikianlah rasa cinta para sahabat kepada Baginda Nabi SAW.
Primitif
Apa yang berlaku saat ini di Bumi Haramain adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan kaidah cinta. Di sana orang-orang Wahabi mengaku mencintai Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sama sekali tidak menghormati beliau SAW. Mereka bahkan melecehkan beliau dan melakukan perbuatan yang teramat tidak pantas kepada sosok sebesar beliau. Bayangkan saja, rumah yang ditempati beliau selama 28 tahun, yang semestinya dimuliakan, mereka ratakan dengan tanah kemudian mereka bangun di atasnya toilet umum. Sungguh keterlaluan!
kebiadaban WahabiFakta ini belakangan terkuak lewat video wawancara yang tersebar di Youtube. Adalah Dr. Sami bin Muhsin Angawi, seorang ahli purbakala, yang mengungkapkan fakta itu. Dalam video berdurasi 8:23 menit itu, ia mengungkapkan bahwa ia telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk mencari situs rumah Baginda Nabi SAW. Setelah berhasil, ia menyerahkan hasil penelitiannya kepada pihak yang berwenang.
Respon pihak berwenang Arab Saudi ternyata jauh dari perkiraan pakar yang mengantongi gelar Doktor arsitektur di London itu. Bukannya dijaga untuk dijadikan aset purbakala, situs temuannya malah mereka hancurkan. Ketika ditanya oleh pewawancara mengenai bangunan apa yang didirikan di atas lahan bersejarah itu, Sami Angawi terdiam dan tak mampu berkata-kata. Si pewawancara terus mendesaknya hingga akhirnya ia mengakui bahwa bangunan yang didirikan kelompok Wahabi di atas bekas rumah Baginda Nabi SAW adalah WC umum. Sami Angawi merasakan penyesalan yang sangat mendalam lantaran penelitiannya selama bertahun-tahun berakhir sia-sia. Ia kemudian mengungkapkan harapannya, “Kita berharap toilet itu segera dirobohkan dan dibangun kembali gedung yang layak. Seandainya ada tempat yang lebih utama berkahnya, tentu Allah SWT takkan menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal Rasul SAW dan tempat turunnya wahyu selama 13 tahun.”
Ulah jahil Wahabi itu tentu saja mengusik perasaan seluruh kaum muslimin. Situs rumah Baginda Nabi SAW adalah cagar budaya milik umat Islam di seluruh penjuru dunia. Mereka sama sekali tidak berhak untuk mengusik tempat terhormat itu. Ulah mereka ini kian mengukuhkan diri mereka sebagai kelompok primitif yang tak pandai menghargai nilai-nilai kebudayaan. Sebelum itu mereka telah merobohkan masjid-masjid bersejarah, di antaranya Masjid Hudaybiyah, tempat Syajarah ar-Ridhwan, Masjid Salman Alfarisi dan masjid di samping makam pamanda Nabi, Hamzah bin Abdal Muttalib. Pada tanggal 13 Agustus 2002 lalu, mereka meluluhkan masjid cucu Nabi, Imam Ali Uraidhi menggunakan dinamit dan membongkar makam beliau.
Wahabi tidak rela Masjid cucu Nabi berada di Madinah
Selama ini kelompok Wahabi berdalih bahwa penghancuran tempat-tempat bersejarah itu ditempuh demi menjaga kemurnian Islam. Mereka sekadar mengantisipasi agar tempat-tempat itu tidak dijadikan sebagai ajang pengkultusan dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemusyrikan. Akan tetapi dalih mereka agaknya kurang masuk akal, sebab nyatanya mereka berupaya mengabadikan sosok Syekh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, salah seorang tokoh pentolan mereka. Mereka mendirikan sebuah bangunan yang besar dan mentereng untuk menyimpan peninggalan-peninggalan Syekh al-Utsaimin. Bandingkan perlakuan ini dengan perlakuan mereka kepada Baginda Nabi SAW.  Mereka merobohkan rumah Baginda Nabi SAW dan menjadikan tempat yang berkah itu sebagai WC umum, kemudian membangun gedung megah untuk Al-Utsaimin. Siapakah sebetulnya yang lebih mulia bagi mereka? Baginda Rasulullah SAW ataukah Syekh al-Utsaimin?
Kacamata UsaiminBangunan berdesain mirip buku itu dibubuhi tulisan “Yayasan Syeikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin.” Di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan Syekh al-Utsaimin, seperti kaca mata, arloji dan pena. Benda-benda itu diletakkan pada etalase kaca dan masing-masing diberi keterangan semisal, “Pena terakhir yang dipakai Syekh al-Utsaimin.”
pena terakhir yang dikeramatkanSungguh ironis, mengingat mereka begitu getol memberangus semua peninggalan Baginda Nabi SAW. Ulama mereka bahkan mengharamkan pelestarian segala bentuk peninggalan Baginda Nabi SAW. Beruntung, sebagian benda peninggalan beliau telah dipindahkan ke Turki.
Haul Wahabi
Wahabi melarang keras pengkultusan terhadap diri Baginda Nabi SAW, akan tetapi mereka sendiri melakukan pengkultusan terhadap diri Syekh al-Utsaimin. Mereka membid’ahkan peringatan haul seorang ulama atau wali, akan tetapi belakangan mereka juga menghelat semacam haul untuk Syekh al-Utsaimin dengan nama ‘Haflah Takrim.” Betapa ganjilnya sikap kelompok Wahabi ini.
‘Haul’ al-Utsaimin mereka adakan pada bulan Januari 2010 lalu di sebuah hotel di Kairo di bawah naungan Duta Besar Saudi di Kairo, Hisham Muhyiddin. Rangkaian acara haul itu dibuka dengan pembacaan ayat-ayat Quran, dilanjutkan sambutan-sambutan berisi pujian terhadap almarhum. Sambutan pertama disampaikan Ketua yayasan ar-Rusyd sekaligus Presiden Asosiasi Penerbit Saudi, yang memuji peran Syekh Utsaimin dalam penyebaran agama Islam. Sambutan selanjutnya disampaikan Abdullah, putra Utsaimin, kemudian Atase Kebudayaan Saudi Muhammad bin Abdul Aziz Al-Aqil. Yang disebutkan belakangan ini banyak mengulas manakib Syekh al-Utsaimin dengan menjelaskan tahun lahir dan wafatnya. “Perayaan ini adalah sedikit yang bisa kami persembahkan untuk mendiang Syekh Utsaimin,” ujarnya.
Utsaimin yang dikultuskan Wahabi
Acara haul ditutup dengan saling tukar tanda kehormatan antara Yayasan ar-Rusyd, Yayasan Utsaimin, Atase Kebudayaan dan Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi. Begitu pentingnya perayaan untuk Utsaimin ini sampai-sampai seorang pengagumnya menggubah sebuah syair:

وَاللهِ لَوْ وَضَعَ اْلأَناَمُ مَحَافِلاَ # مَاوَفَتِ الشَّيْخَ اْلوَقُورَحَقَّهُ

“Demi Allah, Seandainya segenap manusia membuat banyak perayaan untuk Syeikh Utsaimin, hal itu tidaklah mampu memenuhi hak beliau.”
Syair itu menunjukkan pengkultusan orang-orang Wahabi terhadap Syekh Utsaimin. Pengagungan yang kebablasan juga mereka berikan kepada pendiri aliran Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab. Seorang Mahasiswa Universitas Riyadh pernah memprotes dosennya, Dr. Abdul Adhim al-Syanawi, karena memuji Rasulullah SAW. Sang dosen menanyakan apa penyebab si mahasiswa membenci Nabi SAW? Mahasiswa itu menjawab bahwa yang memulai perang kebencian adalah Baginda Nabi sendiri (sambil menyitir hadits seputar fitnah yg muncul dari Najed, tempat kelahiran Muhamad bin Abdul Wahab). “Kalau begitu, siapa yang kamu cintai?” tanya sang dosen. Lalu si mahasiswa menjawab bahwa yang dicintainya adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Selanjutnya sang dosen menanyakan alasan kecintaan mahasiswanya itu. “Karena Syekh Muhammad Abdul Wahab menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah,” Jawab mahasiswa itu. (kisah ini dicatat Ibrahim Abd al-Wahid al-Sayyid,dalam kitabnya, Kasf al-Litsam ‘an Fikr al-Li’am hlm.3-4.)

Sungguh benar Baginda Nabi SAW. yang dalam salah satu hadits beliau mengisyaratkan bahwa akan ada fitnah (Wahabi) yang bakal muncul dari Najed. Isyarat itu menjadi nyata semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab dari Najed yang dengan bantuan kolonial Inggris mencabik-cabik syariat Islam.
Syekh Utsaimin adalah salah satu penerus Muhammad bin Abdul Wahab. Ia juga gencar menyebarkan fitnah lewat tulisan-tulisannya. Salah satu fitnah itu seperti tertera di dalam karyanya, al-Manahi al-Lafdziyyah hal 161. Di situ ia menulis:

وَلاَ أَعْلَمُ إِلىَ سَاعَتيِ هَذِهِ اَنَّهُ جَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ اْلخَلْقِ مُطْلَقاً فيِ كُلِّ شَئٍْ

“Dan saya tidak mengetahui sampai detik ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang lebih utama dari segala makhluk apa pun secara mutlak.” Agaknya kalimat inilah yang membuat penganut Wahabi lebih mengagungkan Utsaimin dari pada Baginda Rasulullah SAW….! Ibnu KhariQ
Sumber :
Majalah Cahaya Nabawiy edisi 96 Juli 2011/Sya’ban 1432 H 

http://www.forsansalaf.com/2011/di-balik-pemujaan-wahabi/ 

Rabu, 12 Oktober 2011

MAULID NABI MUHAMMAD SHOLLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM

Lho! Merayakan MAULID NABI kan BID'AH???
Lho.. Bukankah Merayakan Maulid Nabi itu Tidak Boleh???

Memang ada di antara kaum muslimin yang mengatakan bahwa Merayakan Maulid Nabi itu tidak boleh, bahkan menyatakan bahwa Merayakan Maulid Nabi itu haram, atau bahkan syirik karena kultus berlebihan kepada Nabi.

Namun… Dalam syari’at, kita ada qaidah; Laa Tahriim illaa bi Daliil; Tidak boleh mengharamkan sesuatu kecuali memang ada dalil yang mengharamkannya. Contohnya, selama tidak ada dalil yang mengharamkan penggunaan handphone, maka tidak boleh seseorang semena-mena mengharamkan handphone, kecuali memang ada ‘kotoran’ di dalam handphone tersebut yang diharamkan syari’at.

Nah.. Coba tunjukkan dalil yang mengharamkan perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Adakah?

Bukankah Rasulullah bersabda; “Kullu Bid’atin Dholaalatun.” ???

Bukan dalil yang mengharamkan bid’ah dholalah yang kita minta, tetapi dalil yang mengharamkan maulid. Ketika diminta dalil tentang keharaman minuman keras maka jangan tunjukkan dalil yang memerintahkan shalat. Sama halnya, ketika diminta dalil yang mengharamkan maulid maka jangan mengajukan dalil yang mengharamkan bid’ah dholalah..

Bukankan Perayaan Maulid Nabi itu BID’AH???

Coba perhatikan. Banyak orang salah kaprah, menyangka bahwa perayaan Maulid Nabi itu dimulai pertama kali oleh Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kaukabri ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (549 - 630 H), seorang penguasa daerah Irbil.

Sesungguhnya pernyataan ini kurang tepat. Sebenarnya, hakikat ataupun esensi peringatan Kelahiran Rasulullah saw. sudah ada sejak jaman para Shahabat Rasulullah saw., walaupun dulu belum ada istilah “Perayaan Maulid Nabi Muhammad”, akan tetapi hakikatnya sudah ada sejak dahulu.

Memang, sebagaimana disebutkan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kumpulan fatwanya (Al-Hawi lil Fatawi), perayaan maulid pertama yang digelar besar-besaran oleh kalangan penguasa adalah perayaan yang digelar oleh Al-Malik Al-Mudzaffar. Disebutkan dalam nushush sejarah, beliau mengundang seluruh kalangan muslimin di daerah itu, para ulama, para umara dan kaum sufi, hingga menyembelih sampai 5000 ekor kambing, 10.000 ekor unggas, dan menyediakan sampai 30.000 piring makanan.

Setelah itu, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi juga tercatat sebagai penguasa yang menggelar Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. besar-besaran dalam rangka membakar semangat perjuangan, ruhul jihad kaum muslimin.

Itu semua besar-besaran digelar oleh kalangan para raja, namun perayaan yang digelar oleh rakyat kecil dari kalangan ulama sampai sahabat sudah ada sejak dulu.

Mana buktinya?

Mau tahu buktinya? Sebelumnya, Kita musti tahu dulu APA MAKNA dan ESENSI PERAYAAN MAULID NABI ITU?

UNGKAPAN KEBAHAGIAAN

Perayaan maulid Nabi Muhammad saw adalah suatu ungkapan kegembiraan, kebahagiaan dari Umat Islam atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw., yang membawa kita dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.

Hal yang semacam ini, yakni memperlihatkan kegembiraan atas segala anugerah dari Allah adalah hal yang dianjurkan dalam Al-Quran, surah Yunus:58;

“Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, HENDAKLAH DENGAN ITU MEREKA BERGEMBIRA. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Dalam ayat tersebut terdapat perintah dari Allah untuk bergembira atas segala macam anugerah yang dikaruniakan Allah swt berupa Rahmat dan Nikmat.

Kita semua tahu, anugerah terbesar dari Allah bagi manusia, Rahmat Allah bagi alam semesta yang terbesar adalah diutusnya Baginda Rasulullah saw.! Sebab Nabi Muhammad adalah KASIH SAYANG dari ALLAH bagi semesta alam. Cukuplah kabar gembira ini tercakup dalam surah At-Taubah:128;

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Maka jelas, jika orang mengungkapkan kebahagiaannya, bukanlah sesuatu yang dilarang. Secara khusus, dalam pembahasan ini adalah kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Dan tiap orang berbeda dalam cara mengungkapkannya, ada yang dengan berpuasa, sedekah, shalat, sujud dan lain sebagainya.

Bahkan, dalam hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabus shiyam, dari sahabat Abi Qatadah, bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang alasan beliau berpuasa di hari Senin. Beliau menjawab;

“Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan.”

Artinya, beliau berpuasa sebab rasa syukur beliau atas kelahirannya di muka bumi.

Ada pula yang mengungkapkan kebahagiaannya dengan memerdekakan budak.

Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya, bahwa ketika Abu Lahab (paman Rasulullah yang merupakan salah seorang penghalang dakwah Islam terbesar) mendengar kelahiran keponakannya, Muhammad Rasulullah saw., Abu Lahab yang sangkin gembiranya, memerdekakan budaknya, Tsuwaybah, yang membawakan kabar gembira tersebut. Sebab inilah, Abu Lahab mendapat keringanan siksa dalam kubur setiap hari Senin karena kegembiraannya atas kelahiran Rasulullah saw.

Inilah! Allah tidak melupakan kegembiraan seseorang walaupun hanya sesaat…

Al-Imam Al-Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nashruddin Ad-Dimasyqi mengomentari hal ini,
“Apabila orang semacam Abu Lahab, yang bukan hanya kafir, bahkan satu surah penuh dalam Alquran (Al-Lahab) seakan memberi ‘stempel’ siksa neraka baginya, dia saja bisa mendapatkan keringanan siksa tiap hari Senin… Nah, bagaimana kiranya dengan seorang muslim yang dari sejak kecilnya sudah mengenal cinta kepada Nabi Muhammad saw.???”

Adapun, kalau kita mau jujur, semua yang dilakukan oleh umat Islam di penjuru dunia, berupa perayaan maulid nabi, tiada lain karena gembira atas kelahiran Rasulullah saw.

Dan cara mengungkapkannya pun adalah dengan berdzikir, membaca Alquran, bershalawat, mendengarkan sejarah kelahiran dan kehidupan Rasulullah, puji-pujian kepada Allah, syair pujian kepada Rasulullah, kemudian mendengarkan nasihat agama, lantas ditutup dengan doa bersama dan diakhiri dengan makan bersama. Adakah unsur kebathilan atau keharaman di dalamnya? Tidak ada.
Bahkan semua itu dianjurkan oleh syari’at.

PERKUMPULAN DZIKIR

Berapa banyak ayat di dalam Alquran anjuran untuk berdzikir. Ada pula hadits shahih yang sudah masyhur yang menerangkan tentang dzikir, berupa hadits qudsiy yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim; Rasulullah bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman;

“Aku ini sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadapku. Dan Aku bersama hamba-Ku ketika ia mengingat Aku. Jikalau ia mengingat Aku sendirian, maka Aku pun mengingatnya dalam Diri-Ku. Dan kalau ia mengingat Aku di dalam perkumpulan, maka Aku akan mengingat hamba-Ku itu di dalam perkumpulan yang lebih mulia daripada perkumpulannya itu.”

MENDENGARKAN AL-QURAN

Dulu, para sahabat setiap hari mendengarkan Rasulullah membacakan Al-Quran, atau salah satu shahabat membaca ayat Al-Quran dan yang lain menyimak. Bahkan, Rasulullah sendiri suatu ketika memerintahkan kepada Sayyidina Abdullah bin Mas’ud,

“Ya Abdallah, bacakan untukku Al-Quran.”

“Ya Rasulallah, bagaimana aku membacakan kepadamu Al-Quran, padahal engkaulah yang diwahyukan
Al-Quran.” Sanggah Abdullah bin Mas’ud.

“Ya, namun aku suka mendengarkannya dibacakan orang lain.” Jawab Rasulullah.
Sampai beliau membaca ayat ke-41 dari surat Annisa,

“Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu.”

“Cukup,” kata Rasulullah menghentikan bacaan sahabatnya saat mendengarkan ayat ini sambil berlinang air mata.

Adapun yang kita lakukan sekarang dalam Perayaan Maulid Nabi tidak lain adalah seperti yang dilakukan para sahabat bahkan Rasulullah saw sendiri., yakni memperdengarkan dan menyimak Ayat Al-Quran.

MEMBACA SHALAWAT DAN SALAM BAGI NABI

Perintah dari Allah bagi kita untuk bershalawat sudahlah jelas dan cukup dengan surah Al-Ahzab:56 ini;

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Dalam riwayat yang shahih, Rasulullah saw. bersabda, “Tak ada seorang pun di penjuru dunia ini yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku ke dalam jasadku untuk menjawab salam tersebut.”

MEMPERDENGARKAN SEJARAH KEHIDUPAN NABI

Para sahabat, setiap hari, yang menjadi buah bibir mereka adalah kehidupan Rasulullah saw.
Suatu ketika, para sahabat sedang duduk-duduk, memperbincangkan tentang keutamaan para nabi terdahulu, menyebutkan bahwa Nabi Adam adalah seorang yang mulia, ia diciptakan langsung oleh Allah dari tanah tanpa ayah maupun ibu yang melahirkan. Juga menyebut Nabi Ibrahim yang berkedudukan istimewa di sisi Allah sebagai Khalilullah (Kekasih Allah). Ada juga yang menyebutkan kemuliaan Nabi Musa as., yang bercakap-cakap langsung dengan Allah Ta’ala, dan disebut sebagai Kalimullah. Kemudian ada yang menyebutkan kemuliaan Nabi Isa, yang dilahirkan tanpa seorang ayah dan mendapat gelar Ruhullah.

Ketika para sahabat tengah asyik memperbincangkan keutamaan para nabi terdahulu, Rasulullah saw yang dari tadi ternyata mendengar percakapan para sahabatnya ini, menghampiri mereka seraya berucap,

“Benar semua tentang apa yang kalian katakan tentang para nabi terdahulu, tapi ingat.. Akulah pemimpin anak adam (manusia) dan tak ada kebanggaan bagiku. Seluruh manusia akan berada di bawah benderaku di hari kiamat.”

Adapun yang kita lakukan sekarang dalam Perayaan Maulid Nabi tidak lain adalah seperti yang dilakukan para sahabat bahkan Rasulullah saw sendiri., yakni menceritakan kemuliaan Rasulullah saw.

KHUSUSNYA MENCERITAKAN SAAT KELAHIRAN RASULULLAH SAW.

Karena kelahiran Rasulullah saw. inilah awal dari segala karunia hidayah dari Allah swt. bagi umat Islam. Tidak ada penurunan wahyu jika Rasulullah tidak dilahirkan, tidak ada hijrah, tidak ada fathu makkah, tidak ada syari’at yang diajarkan jika beliau tidak dilahirkan.

Dan betapa banyak di dalam Al-Quran, bahwa Allah swt. mengisahkan tentang kelahiran para shalihin terdahulu, contohnya; kelahiran Nabi Isa bin Maryam as., bahkan ibunda beliau (Sayyidah Maryam binti ‘Imron) dalam surah Ali ‘Imron dan surah Maryam. Ada juga kisah kelahiran Nabi Musa as. dalam surah Tha-ha. Ada juga tentang kelahiran Nabi Yahya dalam surah Maryam. Bahkan tentang ‘kelahiran’ (penciptaan) Nabiyullah Adam as.

Dan tentang ini, dalam surah Hud, Allah Ta’ala berfirman,

“dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”

Jika kisah-kisah para Nabi terdahulu dapat meneguhkan hati Nabi Muhammad dan kita pengikutnya sebagai kaum mukminin. Apalagi bila yang diceritakan itu adalah kisah kelahiran dan kehidupan serta perjuangan Nabi Muhammad saw., pemimpin seluruh Para Nabi ‘alayhimus shalaatu wassalaam. Lebih-lebih lagi!

Adapun yang kita lakukan sekarang dalam Perayaan Maulid Nabi tidak lain adalah seperti yang dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran, yakni menceritakan kelahiran serta kehidupan Rasulullah saw. untuk memantapkan keimanan dalam hati kita.

PUJIAN KEPADA RASULULLAH

Disebutkan dalam riwayat At-Thabraniy, bahwa Sayyiduna ‘Abbas ra. datang menemui Rasulullah saw., beliau berkata, “Ya Rasulallah, aku ingin memujimu dengan sya’irku.”

“Ya, katakanlah wahai Abbas. Semoga Allah swt menjaga dan tidak merontokkan gigimu.” Jawab Rasulullah saw.

(di kemudian hari, Sayyiduna ‘Abbas meninggal dunia dalam usia tua dan tidak ada satu gigi pun yang rontok ataupun tanggal, berkat do’a Rasulullah saw.)

Kemudian Sayyiduna Abbas bersyair;

Duhai Rasulullah, engkaulah cahaya yang Allah ciptakan dan tempatkan dalam sulbi Nabi Adam
Dan engkau turun ke muka bumi bersama turunnya Nabi Adam
Dan ketika bumi ini tenggelam dalam banjir bandang, engkau selamat di dalam sulbi Nabi Nuh di atas bahteranya
Begitulah engkau berpindah dari sulbi laki-laki yang mulia ke dalam wanita-wanita yang suci
Sehingga sampailah engkau ke dalam sulbi Nabi Ibrahim
Dan bagaimana mungkin api dapat membakar ketika Nabi Ibrahim dimasukkan ke dalamnya, sedangkan engkau berada di dalam sulbinya.
Dan ketika engkau dilahirkan, alam semesta ini menjadi terang benderang
Dan saat ini, kami nikmati lezatnya Islam tiada lain sebab kelahiranmu saat itu

Sehingga, seperti yang diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah istri Rasulullah, tak sedikit di antara para sahabat yang bersyair di hadapan Rasulullah saw., berupa pujian dan sanjungan kepada Rasulullah saw. demi mendapatkan keberkahan doa dari Nabi Muhammad saw. dan Rasulullah tersenyum mendengarkannya.

MIMBAR BAGI HASSAN BIN TSABIT UNTUK BERSYAIR DAN MEMUJI RASULULLAH SAW.

Dan dalam Shahih Al-Bukhari, disebutkan bahwa diletakkan di dalam Masjid Nabawiy sebuah mimbar bagi Hassan bin Tsabit untuk bersyair,

(Hassan bin Tsabit adalah seorang sahabat yang berjuang membela Islam dengan syairnya. Sehingga Rasulullah saw bersabda, “Syair Hassan bin Tsabit itu lebih tajam bagi orang kafir daripada pedang kita.” Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mendukung Hassan bin Tsabit melalui Ruhul Quds selama ia membela Rasulullah saw dengan syairnya.”)

Adapun mimbar tersebut khusus disediakan oleh Nabi bagi Sayyiduna Hassan bin Tsabit di Masjid Nabawiy untuk menyampaikan syairnya. Nah, dari sini kita tahu, jika sudah memakai mimbar dalam masjid, berarti itu adalah suatu acara yang resmi, dan itu juga berarti bahwa yang hadir banyak sehingga perlu adanya mimbar, dan itu juga berarti bahwa Rasulullah sendiri mengijinkan pembacaan syair tersebut.

Hal seperti ini sama sekali tidak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang, berkumpul di suatu tempat atau di dalam masjid, lantas membaca sya’ir pujian bagi Allah dan Rasulullah saw. yang disusun oleh para ulama yang tahu akan syari’atul muthohharoh.

Bahkan terkadang Rasulullah sendiri memanggil Hassan bin Tsabit untuk bersyair. Pernah suatu kali Hassan sampai membacakan 80 bait syair di hadapan Nabi Muhammad saw.

Salah satu syairnya;

Semangat Rasulullah begitu besar, sedikit semangatnya tidak terbandingkan dengan semangat seluruh manusia dari jaman Nabi Adam
Telapak tangan Rasulullah adalah teramat dermawan, andaikan sepersepuluh telapak tangan beliau diletakkan di atas daratan maka daratan itu ‘kan lebih basah dari lautan
Yang lebih bagus darimu tak pernah terlihat oleh mataku, dan yang lebih indah darimu tak pernah terlahirkan oleh wanita manapun
Engkau diciptakan dalam keadaan bersih dari segala aib, seolah-olah engkau tercipta atas kehendakmu sendiri

BERDIRI DAN MENABUH REBANA KETIKA MEMBACA SYA’IR PUJIAN DALAM MAULID NABI

Dalam riwayat Imam Al-Bayhaqi, pada hari saat Rasulullah saw. masuk di kota Madinah, Rasulullah saw. disambut dengan gegap gempita oleh para shahabat (baik Anshar maupun Muhajirin) sambil berdiri dan dibacakan qashidah Thala’al Badru ‘Alayna.

Setelah Rasulullah baru sampai di rumah Abu Ayyub Al-Anshari, beberapa wanita dari suku Bani Najjar (keluarga Abu Ayyub) berkumpul di samping rumah Abu Ayyub sambil menabuh rebana (dufuf) dan berqashidah;

Kami adalah wanita-wanita dari suku Najjar, dan kami teramat bahagia karena Rasulullah kini menjadi tetangga kami…

Lantas Rasulullah keluar rumah dan bertanya,

“Apakah kalian berbuat ini karena dasar kecintaan kepadaku?”

“Duhai Rasulallah, tidaklah kami melakukan ini kecuali karena kecintaan kami kepadamu.” Jawab mereka.

Rasulullah saw tersenyum seraya berucap, “Sungguh, hanya Allah yang tahu berapa besar kecintaanku kepada kalian.”

Adapun yang kita lakukan sekarang dalam Perayaan Maulid Nabi tidak lain adalah seperti yang dicontohkan para Shahabat Rasulullah saw.

Berupa Pembacaan Ayat Al-Quran, khususnya tentang perintah Allah untuk bershalawat kepada Rasulullah, kemudian sama-sama berdzikir dan bershalawat teruntuk Baginda Nabi Muhammad, kemudian membaca kitab-kitab susunan ulama salaf yang mengisahkan tentang kelahiran dan sanjungan terhadap Nabi Muhammad, baik itu Al-Barzanjiy, Ad-Diba’iy, ‘Azab, Simthud-Duror, Burdah, Dhiya-ul Laami’ dan lain-lain.

Adapula kilas balik suasana dalam menyambut kedatangan Rasulullah saw. ketika hijrah, lantas ditutup dengan salah seorang berdoa kemudian diaminkan bersama-sama.
Nah, dari sekian unsur-unsur di atas, yakni esensi perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. yang senantiasa digelar oleh sebagian besar kaum muslimin di berbagai negeri, adakah yang menyimpang dari syari’at???


--------
dinukil dari
Ceramah Al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad Bin Jindan Bin Syech Abubakar bin Salim
dalam Jalsah Laylatul Arbi-a', Selasa, 13 Rabi'ul Awwal - 10 Maret 2009
di Majlis Ta'lim - Pondok Pesantren - Panti Asuhan
ALFACHRIYYAH
Tangerang-Banten

Jumat, 07 Oktober 2011

LIDAH ADALAH AMANAH


Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
Kualitas diri seseorang bisa diukur dari kemampuannya menjaga lidah. Orang-orang beriman tentu akan berhati-hati dalam menggunakan lidahnya.
Wahai orang-orang beriman takutlah kalian pada ALLAH dan berkatalah dengan kata-kata yang benar. (QS Al-Ahzab:70)
Sementara itu, Rasulullah saw bersabda,
Siapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam. (HR Bukhari-Muslim)
Rasulullah adalah figur teladan yang sangat menjaga kata-katanya. Beliau berbicara, berucap, berdialog, juga berkhutbah di hadapan jamaah dengan akhlak. Demikian tinggi akhlak beliau hingga disebutkan bahwa kualitas akhlak beliau adalah Al-Quran.
Mulut manusia itu seperti moncong teko. Moncong teko hanya mengeluarkan isi teko. Kalau ingin tahu isi teko, cukup lihat dari apa yang keluar dari moncong itu. Begitu pun jika kita ingin mengetahui kualitas diri seseorang, lihat saja dari apa yang sering dikeluarkan oleh mulutnya.
Nabi Muhammad saw termasuk orang yang sangat jarang berbicara. Namun, sekalinya berbicara, isi pembicaraannya bisa dipastikan kebenarannya. Bobot ucapan Rasulullah sangat tinggi, seolah tiap kata yang terucap adalah butir-butir mutiara yang cemerlang. Indah, berharga, bermutu, dan monumental. Ucapan Rasulullah saw menembus hati, menggugah kesadaran, menghujam dalam jiwa, dan mengubah perilaku orang (atas izin ALLAH). Bukan saja karena lisan Rasulullah dibimbing ALLAH dan posisinya sebagai penyampai wahyu, di mana ucapan-ucapan darinya menjadi dasar hukum. Lebih dari itu, Rasulullah sejak kecil sudah dikenal sebagai Al-Amin, tidak pernah berkata dusta walau sekali saja. Investasi moral ini tentu sangat mempengaruhi kualitas ucapannya.
Dalam sebuah kitab ada keterangan menarik. Disebutkan ada empat jenis manusia diukur dari kualitas pembicaraannya.
Pertamaorang yang berkualitas tinggi. Kalau dia berbicara, isinya sarat dengan hikmah, ide, gagasan, solusi, ilmu, dzikir, dan sebagainya. Orang seperti ini pembicaraannya bermanfaat bagi dirinya sendiri, juga bagi orang lain yang mendengarkan. Jika dia diajak berbicara sekalipun ngobrol, ujungnya adalah manfaat.
Ketika disodorkan padanya keluhan tentang krisis, dengan tangkas dia menjawab, “Krisis adalah peluang bagi kita untuk mengevaluasi kekurangan yang ada. Dengan krisis, siapa tahu kita akan lebih kreatif? Kita bisa mencari celah-celah peluang inovasi. Pokoknya jangan putus asa, semangat terus!” Siapa saja yang biasa berbicara tentang solusi, gagasan, hikmah, dan hal-hal serupa itu, insya ALLAH dia adalah manusia yang berkualitas.
Keduaorang yang biasa-biasa saja. Ciri orang seperti ini adalah selalu sibuk menceritakan peristiwa. Melihat ada kereta api terguling, dia berkomentar ribut sekali. Seolah dirinya yang kelindes kereta. Ketika bertemu seorang artis, terus dicerita-ceritakan tiada henti. Pokoknya ada apa saja dikomentari. Dia seperti juru bicara yang wajib berkomentar kapan pun ada peristiwa. Tidak peduli peristiwa layak dia komentari atau tidak.
Ini tipe manusia tukang cerita peristiwa. Prinsip yang dia pegang: “Pokoknya bunyi!” Tidak ada masalah dengan peristiwa. Jika melalui itu semua kita bisa memungut hikmah yang sebaik-baiknya, insya ALLAH peristiwa bermanfaat. Namun, jika dari peristiwa-peristiwa itu tidak ada yang dituju kecuali menunggu sampai mulut lelah sendiri, ini tentu kesia-siaan.
Ketigaorang rendahan. Cirinya kalau berbicara isinya hanya mengeluh, mencela, atau menghina. Apa saja bisa jadi bahan keluhan. “Aduuuh ini pinggang, kenapa jadi sakit begini. Hari ini kayak-nya banyak masalah, nih!” Ketika kepadanya disodorkan makanan, jurus keluhannya segera berhamburan. “Makanan kok dingin begini? Coba kalau ada sambel, tentu lebih nikmat. Aduuuh, kerupuk ini, kenapa kecil-kecil begini?” Terus saja makanan dikeluhkan, walau kenyataannya semua akhirnya habis juga.
Mengeluh dan mencela, itu hari-hari orang rendahan. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-kesah. Ketika turun hujan, hujan segera dicaci. “Ohh, hujan melulu, di mana-mana becek. Jemuran nggak kering-kering.” Ketika di jalanan macet, mengeluh. Ketika ada lampu merah, mengeluh. Ketika ada polisi, mengeluh. Ketika ada orang meminta-minta, mengeluh. Dan seterusnya. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-kesah. Alangkah menderita hidup orang yang dipenjara oleh keluh-kesah. Dia tidak bisa membedakan mana nikmat dan mana musibah. Seluruh lembar hidupnya dimaknai sebagai kesusahan, sehingga layak dikeluhkan.
Keempatorang yang dangkal. Adalah mereka yang semua pembicaraannya tidak keluar dari menyebut-nyebut kehebatan dirinya, jasa-jasanya, kebaikan-kebaikannya. Padahal hidup ini adalah pengabdian untuk ALLAH. Mengapa harus kita membanggakan apa yang ALLAH titipkan pada kita?
Ada orang pakai cincin segera berkomentar, “Oh, itu sih mirip cincin saya.” Ada orang beli mobil baru, “Nah, ini seperti yang di garasi saya itu.” Ada kucing berbulu tebal melompat, “Kucing ini gondrong. Oh yaa, kucing gondrong itu mirip singa. Hai, tau nggak? Saya sudah pernah ke Singapura, lho. Hebat sekali kota Singapura. Hanya orang yang hebat saja bisa pergi ke sana.” Orang-orang dangkal ini akan terus berbicara tiada henti. Tak lupa dia selalu menyelipkan kata-kata kesombongan dan membanggakan diri.
Orang-orang dangkal tiada bosan mengekspose diri, menyebut jasa, kebaikan, dan prestasinya. Dia selalu ingin tampak menonjol dan mendominasi. Jika ada orang lain yang secara wajar tampak lebih baik, hatinya teriris-iris, tidak rela, dan sangat berharap orang itu akan segera celaka. Inilah ilmu gelas kosong. Gelas kosong, maunya diisi terus. Orang yang kosong dari harga diri, inginnya minta dihargai terus.
Kita harus berhati-hati dalam berbicara. Harus kita sadari bahwa berbicara itu dibatasi oleh etika-etika. Hendaklah kita ada di atas rel yang benar. Jangan sampai kita jatuh dalam apa-apa yang ALLAH larang.
Dalam berbicara kita jangan bergunjing (ghibah). Bergunjing adalah perbuatan yang ringan, bahkan bagi sebagian orang mungkin dianggap mengasyikkan. Namun, jika dilakukan dengan sengaja, apalagi dengan kesadaran penuh dan tekad menggebu, bergunjing bisa menjadi dosa besar.
Dan janganlah kalian ber-ghibah (bergunjing) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain. Apakah suka salah-seorang dari kalian makan daging bangkai saudaranya? Maka, kalian tentu akan sangat jijik kepadanya. Dan takutlah kalian kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Penerima taubat. (QS Al-Hujurat:12)
Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa memaksa diri kita untuk melakukan yang terbaik menyikapi sikap orang lain. Banyak bicara tidak selalu buruk, yang buruk adalah banyak berbicara kebatilan. Boleh-boleh saja kita produktif berbicara, tapi harus proporsional. Jika kita berbicara hal yang benar dan memang harus banyak, tentu kita lakukan hal itu. Pembicaraan seringkali bergeser dari rel kebaikan ketika kita tidak proporsional.
Semua orang harus menjaga lidahnya. Tidak peduli apakah itu orang-orang yang dianggap ahli agama. Orang-orang yang pandai membaca Al-Quran atau hadis, tidak otomatis pembicaraannya telah terjaga. Di sini tetap dibutuhkan proses belajar, berlatih, dan terus berjuang agar mutu kata-kata kita semakin meningkat.
Alangkah ironi jika orang-orang yang ahli agama, namun tidak menjaga lisan. Dia banyak menasihati umat dengan perilaku-perilaku yang baik, tapi saat yang sama dia tidak melakukan hal itu. Jika orang-orang preman berkata kasar, jorok, dan tak mengenai tata krama, orang masih maklum. Namun, jika orang-orang alim yang melakukannya, tentu ini adalah bencana serius.
Satu langkah konkret untuk memulai upaya menjaga lisan adalah dengan mulai mengurangi jumlah kata-kata. Makin sedikit bicara, makin tipis peluang kesalahan. Sebaliknya makin banyak bicara, peluang tergelincir lidah semakin lebar. Jika lidah kita telah meluncur tanpa kendali, kehormatan kita seketika akan runtuh. Berbahagialah bagi siapa yang bisa berkata dengan akhlak tinggi. Selalu berkata baik. Jika tidak, cukup diam saja!
Saudaraku, sadarilah bahwa lidah ini adalah amanah. Tiap-tiap kata yang terucap darinya kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan ALLAH. Jadikan ucapan-ucapan kita adalah modal untuk mengundang keridhaan ALLAH. Jangan jadikan kata-kata itu sebagai sebab datangnya murka dan kebencian-NYA.
Semoga ALLAH SWT membimbing lisan kita untuk berucap mengikuti keteladanan Rasulullah saw. Ucapan itu keluar dari lisan bagai untaian mutiara yang sarat dengan kebenaran, berharga, bermutu, dan membawa maslahat bagi siapa pun yang mendengarkannya. Amin. Wallahu a’lam bish shawab.

Rabu, 05 Oktober 2011

HARI INI SEBELUM ENGKAU MENGELUH

Hari ini, sebelum Engkau berniat untuk mengucapkan perkataan buruk
Pikirkanlah seseorang yang ditakdirkan tidak bisa berbicara

Sebelum Engkau mengeluhkan rasa makanan
Pikirkan seseorang yang tidak punya makanan sama sekali

Sebelum Engkau mengeluh tidak cukup akan sesuatu
Pikirkan seseorang yang harus mengemis di pinggir jalan

Sebelum Engkau mengeluh tentang perkara yang buruk
Pikirkan seseorang yang sekarang dalam keadaan terburuk dalam hidupnya

Sebelum Engkau mengeluh tentang suami/istri
Pikirkan tentang seseorang yang menangis sedih memohon pasangan hidup kepada Allah

Hari ini sebelum Engkau mengeluh tentang kehidupan
Pikirkan tentang seseorang yang telah meninggal dunia

Sebelum Engkau mengeluh tentang putra-putri Engkau
Pikirkan tentang seseorang yang ditakdirkan untuk tidak dikaruniai putra-putri

Sebelum Engkau marah karena rumah yang kotor dan tidak ada orang yang membersihkan
Pikirkan tentang orang-orang yang harus tidur di pinggir jalan

Sebelum Engkau mengeluh tentang jarak yang harus ditempuh saat mengemudi
Pikirkan tentang seseorang yang harus berjalan untuk menempuh jarak itu

Sebelum Engkau mengeluh lelah dan mengeluh tentang pekerjaan Engkau
Pikirkan seorang pengangguran, seseorang yang sulit mencari pekerjaan,
dan seseorang yang menginginkan pekerjaan Engkau sekarang

Sebelum Engkau menuduh seseorang atau tidak setuju terhadap pendapatnya
Ingatlah bahwa tiada seorang pun hidup tanpa dosa dan cela

Dan kita akan menghadap dan menjawab kepada-Nya.

Jumat, 23 September 2011

SEBERAPA BESARKAH DIRI KITA


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS 3:190)
***
Sungguh menarik melihat gambar di bawah ini. Kita bisa mengetahui perbandingan diri kita dengan alam raya ini. Seberapa besarkah diri kita jika dibandingkan dengan alam raya ini? Mari kita lihat!
earth_1.jpg
earth_2.jpg
Dimana diri kita?
earth_with_sun_3.jpg
Dimana?
sun_among_arcturus_4.jpg
Apakah diri kita masih terlihat?
sun_5.jpg
Bintang Antares merupakan bintang ke-15 yang paling terang di angkasa. Jarak antara Bumi dengan bintang Antares adalah 1000 tahun cahaya. Satu tahun cahaya berjarak 9,460,730,472,580.8 Km (wah nggak faham ana:-) Pada malam hari jika langit cerah bintang ini bisa kita lihat secara langsung. Arahkan pandangan kita pada langit malam mulai pukul 7.30 pada arah barat. Kerlap-kerlipnya bintang Antares pada konstalasi Scorpius terlihat bagaikan mutiara bersinar pada pekatnya langit malam. Dan perlu diketahui bahwa terdapat ratusan milyar bintang seperti Antares di jagat raya ini.
Jadi, dimanakah diri kita?
*********
:: Screen shot konstalasi bintang menggunakan Free Astronomy Software Stellarium